Perjalanan dari Taman Nasional Baluran ke Kawah Ijen ternyata cukup jauh. dibutuhkan waktu sekitar 4-5 jam untuk sampai ke Ijen. perjalanan-pun berkelok-kelok dan cukup curam, minim-nya penerangan dan sempitnya jalan membuat mobil kami berjalan dengan perlahan. Sekitar pukul 9 malam kami tiba di kaki Gunung Ijen. Ternyata memasuki kawasan Kawah Ijen tidak bisa sembarangan, pintu pendakian baru dibuka pukul 2 dini hari, dan tiket untuk mendaki baru dibuka pukul 1 pagi. Sambil menunggu kamipun mendirikan kemah di kaki gunung sebelum pintu masuk ke kawah Ijen. Persiapan liburan kami kala itu cukup matang, kami, yang tidak mau kehilangan satu moment-pun bersiap didepan loket penjualan karcis dari jam 12 malam, sehingga sewaktu loket dibuka kami ada di urutan depan. Maklum saja waktu itu sedang musim liburan, jadi pengunjung Ijen-pun sangat banyak. Tujuan kami adalah melihat blue fire yang terkenal dari Ijen, dan Blue Fire hanya bisa dilihat sebelum jam 5 subuh atau saat gelap (sebelum matahari terbit). Jadi masuk akal kan kalau kami harus bergegas agar tidak kehilangan moment kami bersama Blue fire.
Perjalanan menuju kawah Ijen tidak terlalu berat menurutku, jalanannya walau menanjak tapi masih berupa jalan setapak yang cukup lebar dan mumpuni untuk dilalui. Namun karena temanku ada yang tidak terbiasa naik gunung, sehingga perjalanan kami sedikit lebih lama dari yang seharusnya, karena kami harus mengikuti ritme perjalanan teman kami itu. Tapi kami tidak keberatan harus menunggu teman kami, karena dalam setiap perjalanan kebersamaan lebih penting dari hasil (sampai tujuan), kami harus menekan ego pribadi kami dan saling mendukung satu sama lain, dan benar saja dengan dukungan dan semangat positif yang kami berikan, teman kami itupun kuat berjalan hingga ke puncak.
Semakin kami mendekati kawah, kami merasa oksigen semakin menipis, karena bau belerang yang menyengat membuat kami kesulitan untuk menghirup udara. Walau aku sudah memakai masker, namun aku masih kesulitan untuk bernafas bahkan mataku perih terkena asap belerang yang cukup tebal, tapi setelah masker kami dibasahi dengan air, kami bisa bernafas lebih baik.
Setelah kami sampai dipuncak, kami harus menjalani turunan di bebatuan yang curam, karena blue fire ada di dasar kawah. kami harus berhati-hati melalui bebatuan dalam kondisi gelap dan antrian yang cukup padat dari orang-orang yang punya tujuan yang sama dengan kami, melihat blue fire. Akhirnya kami sampai juga di dasar kawah sebelum jam 5, dan beruntungnya kami masih sempat melihat blue fire yang melegenda, walau hanya sekitar 10 menit.
Tujuan kami ke kawah Ijen adalah untuk melihat Blue Fire, tapi ternyata, menurut kami, bintang utama dari kawah Ijen bukanlah Blue Fire melainkan pemandangan kawahnya yang luar biasa indah. Baru kali ini aku melihat pemandangan seindah ini, aku bagaikan ada di belahan bumi lain, atau bagai berada di dalam latar cerita dongeng. Aku tak pernah menyangka Ijen akan sebagus ini. Hamparan bebatuan putih kuning, asap putih, cenderung abu, warna kawah hijau kebiruan yang memantulkan warna langit serta cahaya matahari pagi menyatu menjadi satu keindahan yang tak bisa diungkap oleh kata. Bila kita duduk tenang di bebatuan menghadap ke kawah pada saat matahari terbit, maka kita akan melihat pemandangan Ijen yang seolah berganti-ganti.
Bagiku pribadi, Ijen adalah tempat yang sangat ramah, karena setiap kami hendak beranjak pulang, kawahnya selalu berganti warna, dan seolah berganti pemandangan. Seakan tempat itu mengajak kami untuk tinggal lebih lama, dan benar saja beberapa kali kami urung beranjak dari kawah, dan hanya duduk lagi menikmati pemandangan Kawah Ijen. Kami seperti orang udik yang datang ke tempat yang luar biasa canggih, karena kami hanya bisa menganga dan mengucapkan "Ya Tuhan, indah banget!" atau "Subhanallah!" tanpa banyak bicara. Baru kali ini pemandangan bisa membungkam kami dalam keheningan yang khusyuk. Dari terbitnya matahari sampai jam 10.30 kami hanya duduk di bebatuan yang menghadap ke kawah, menikmati pemandangan yang sama dan masih terpukau sampai kami pulang. (btw, kami beranjak karena kami lapar, jika tidak mungkin kami masih disana entah sampai kapan).
Selain itu aku beruntung bisa menikmati Ijen dengan teman-teman terbaikku yang selalu memberikan masukan positif dan berbagi kegembiraan dan keceriaan denganku. Love you pals.
Setelah ini masih ada cerita perjalanan kami pulang dari Ijen yang gak kalah seru lho. Pantengi terus blog-ku yaa..
---- Salam Petualang!----
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
seperti pendaki yang hanya meninggalkan jejak, akupun ingin pembaca blogku meninggalkan pendapat dan saran. Terima kasih